SEMANGAT YANG TIADA HENTI
Ariij
Nafiyah Levinawati
Di sebuah, desa terdapat seorang anak bernama
Satya. Dia lahir dalam golongan keluarga yang kurang mampu. Umurnya 17 tahun,
ayahnya tiada saat usianya 4 tahun. Ibunya hanyalah seorang pedangang kerupuk
keliling. Di saat anak-anak yang lain sibuk dengan masa mudanya, Satya lebih
memilih untuk sekolah dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya
menjadi seorang tentara.
Suatu hari, pada saat Satya akan berangkat ke
sekolah, sang ibu memberikan nasihat kepada Satya. Ia mengatakan, “nak, jangan
pernah malu dengan kondisi kita ini ya, jangan pernah kau hiraukan orang yang
selalu mencaci mu. Kau tidak boleh putus asa!”. Mendengar itu Satya mengangguk
lalu tersenyum dan pergi berangkat ke sekolah.
Sampainya di sekolah, satya kembali di ejek
oleh teman-temannya, karena sepatu yang ia gunakankan tak sebagus siswa yang
lain. Pada saat itu juga, ada beberapa TNI yang datang ke sekolah Satya. Satya
terpilih dalam pendidikan militer secara gratis karena postur tubuh dan tinggi badannya
termasuk dalam kriteria tentara.
Mengetahui hal itu Riki, siswa yang tidak
suka dengan Satya marah karena dirinya tak terpilih.
“Hei kau pengemis
kotor, kau tidak pantas mengikuti pendidikan itu. Harusnya aku yang terpilih”
ucap Riki dengan amarah.
“Aku bukan pengemis”
jawab Satya.
“Kenapa kau tak mau
disebut pengemis? Apakah kau malu?” lanjut Riki.
“Aku terpilih karena
itu semua berkat usaha dan doaku, jika kau tak terpilih itu karna kau yang
selalu menghina orang lain dan selalu bermalas-malasan” jelas Satya.
Waktu pulang sekolah pun tiba, Satya
menceritakan semuanya kepada ibunya.
3 tahun kemudian
Pada saat sang ibu menyapu di teras rumah, datanglah
seorang tentara dengan seragam gagahnya. Tentara itu mengatakan
“Aku pulang bu, Satya
anak ibu”. Mengetahui hal itu sang ibu langsung memeluk putranya dengan erat
dan menangis karena bahagia. Ibunya tak menyangka bahwa cita-cita anaknya dapat
terwujud.