(0331) 6546436755
smadasit@yahoo.com

DARI SEORANG MURID

Oleh : administrator Kategori : CERPEN 2 November 2021

DARI SEORANG MURID


Setiap orang mempunyai harapan ataupun ekspetasi tinggi di tahun baru. Tidak hanya personal, pemerintah pun mempunyai ribuan list program yang akan dilaksanakan. Semuanya terasa buyar dan hambar setelah pandemi Covid-19 terjadi di negara kita tepat sebelas bulan lalu. Saat itu apakah kita siap menghadapi pandemi? Tentu belum siap, karena memang belum siap-siap. Semua aspek sangat merasakan dampak pandemi ini. Aspek ekonomi, aspek sosial, maupun aspek pendidikan yang sangat terdampak dengan adanya pandemi. Aktifitas dilumpuhkan sementara untuk pencegahan virus. Langkah-langkah pencegahan virus telah dilakukan oleh pemerintah, dari social distancing, PSBB, sampai penyuntikan vaksin. Namun sampai saat ini, pandemi juga belum berakhir.

Pandemi bukan berarti kita meratapi dan berdiam diri tanpa melakukan aktifikas bermanfaat untuk diri ini. Salah satu contoh seorang guru dan murid-muridnya. Guru tetap melaksanakan pembelajaran ditengah pandemi. Para murid tetap mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Pembelajaran dilaksanakan secara daring untuk zona orange-merah, dan dilaksanakan secara luring untuk zona kuning-hijau dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Guru dituntut untuk merancang pembelajaran yang dapat menumbuhkan semangat murid di tengah pandemi. Orang tua juga berperan aktif untuk meningktakan semangat belajar murid di era yang tak biasa ini. Walaupun  pembelajaran di masa pandemi tak semuanya berjalan lancar, selancar jalan tol. Keluhan guru dan orang tua makin beragam setiap harinya. Murid lebih rajin bermain game daripada mengerjakan tugas sekolah misalnya. Alasannya pun beragam, dari memojokkan guru karena kebanyakan memberi tugas sampai karena kuota mereka terbatas.

Terdapat banyak cerita menarik yang bisa diceritakan selama masa pandemi ini. misalnya saja tentang penugasan yang diberikan guru terhadap murid. Penugasan yang diberikan guru selalu menggunakan tenggat penyelesaian. Hal ini karena guru ingin tetap mengajarkan kedisiplinan dan  tangung jawab kepada muridnya. Suatu hari guru Prakarya dan kewirausahaan (Ibu Andin, red) meminta muridnya mengumpulkan tugas makalah paling lambat 13 Desember 2020 pukul 20.00 WIB. Keesokan harinya Ibu Andin mengecek tugas yang telah dikumpulkan muridnya melalui classroom. Setelah dicek dan dikoreksi ternyata ada murid yang belum mengumpulkan tugas akhir tersebut.

“Bagaimana bisa ada murid yang telat mengumpulkan tugas? padahal sudah di ingatkan dan rentang waktu pengerjaan sangat lama, pantas saja jika banyak guru mengeluh tentang pembelajaran” kata Ibu Andin dalam hati, jengkel.

Tok.. tok.. tok.. tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Ibu Andin tepat pukul 08.00 WIB.

“Assalamualaikum.. Assalamualaikum” suara laki-laki terdengar di depan pintu rumah Ibu Andin.

Bapak Santoso, orang tua Ibu Andin membuka pintu dan menemui seseorang bermasker sedang berdiri di depan pintu.

“Waalaikumsalam, iya. Siapa? Mau bertemu siapa?” Kata Bapak santoso yang tidak mengenali seseorang bermasker tersebut.

“Ibu Andin ada di rumah pak?” tanyanya

“Iya ada, sebentar saya panggilkan ya, silahkan masuk.” Bapak Santoso membuka pintunya lebar-lebar.

“Baik, terimakasih pak” seseorang bermasker tersebut tetap berdiri di depan pintu.

“Diinnn, ada tamuuu” panggil bapak Santoso.

“Siapa pak?” (ganggu orang lagi ngoreksi aja, mana hati masih jengkel karena murid bandel tidak mengumpulkan tugas)

“Bapak tidak tahu, orangnya bermasker, tidak kenal juga, sepertinya tidak pernah kesini” kata bapak Santoso sambil clingak-clinguk karena seseorang tersebut masih berdiri di depan pintu

“Iyaaaaa sebentaaarrrr” Ibu Andin tergesa-gesa mengambil hijabnya dan segera keluar menemui seseorang bermasker tersebut.

Setelah di depan pintu Ibu Andin mengernyitkan dahi, dia belum mengenali sesorang tersebut. Ini orang siapa sih?

“Assalamualaikum Ibu Andin, permisi bu, maaf saya mengganggu Ibu Andin” seseorang tersebut mencoba membuka masker karena Ibu Andin tampak belum mengenalinya.

“Waalaikumsalam. Oalahhh Alfahri, Ibu pikir siapa, ayo silahkan masuk Al” Ibu Andin mempersilahkan Alfahri masuk.

“Silahkan duduk, ada apa al?” tanya Ibu Andin.

Alfahri tidak duduk, dia hanya berdiri, membuka tasnya kemudian mengeluarkan kertas dengan cover warna kuning.

“Ini tugas saya bu, mohon maaf saya telat mengumpulkan dan tugasnya saya tulis tangan bu, apakah tugas ini bisa diterima bu? karena tenggatnya tadi malam pukul 20.00 WIB. Maaf bu, saya baru membaca informasi di grup WhatsApp” kata Alfahri panjang lebar.

Alfahri merupakan murid yang tidak mengumpulkan tugas makalah prakarya tersebut. Alfahri inilah yang membuat Ibu Andin badmood pagi hari ini. Karena setahu Ibu Andin, Alfahri termasuk salah satu murid yang rajin dalam pembelajaran apapun. Namun kali ini dia telat mengumpulkan tugas makalah dan sebelumnya tidak konfirmasi atas keterlambatannya. Penuh tanda tanya. Ada apa anak ini?

“Tugasnya dikumpulkan di classroom dalam bentuk file pdf dan diketik ya, jadi tidak perlu dikumpulkan hardcopy seperti ini dan seharusnya juga tidak perlu repot-repot datang kemari” kata Ibu Andin mencoba menjelaskan.

“Bagaimana kamu bisa terlambat mengumpulkan tugas? Kenapa juga baru membaca informasi di grup?” tanya ibu Andin dengan rasa penasaran.

“HP saya tidak ada bu”

“Tidak ada bagaimana? Hilang?”

“HP saya rusak bu, masih diperbaiki selama sebulan terakhir ini. Jadi saya terlambat mengumpulkan tugas. Ini juga alasan saya mengerjakan tugas dengan tulisan tangan dan tidak mengumpulkan di classroom bu, mohon maaf ya bu, apakah tugas saya bisa diterima bu?” penjelasan Alfahri membuat Ibu Andin merasa iba.

“Kenapa tidak meminjam HP orang tua atau saudaramu?” tanya Ibu Andin

“Sungkan bu, saya takut tidak sopan jika mengumpulkan tugas melalui HP orang lain” jawab Alfahri dengan posisi masih berdiri dan kepala menunduk. Tidak heran. Dia memang salah satu murid dengan etika sangat baik.

“Lain kali jika HP mu bermasalah, kamu boleh klarifikasi atau mengumpulkan tugas menggunakan HP orang tua atau saudaramu, daripada kamu terlambat mengumpulkannya.” Saran ibu Andin.

“Baik bu, terimakasih sarannya, sekali lagi saya minta maaf ya bu” entah berapa kali Alfahri mengucapkan kata maaf.

Penjelasan Alfahri membuat ibu Andin tidak sanggup menolak tugasnya, walaupun lewat tenggat yang telah ditentukan. “Baik, saya terima tugasnya”

“Terimakasih banyak bu, terimakasih sudah menerima tugas saya, saya pamit pulang ya bu, ini untuk Ibu Andin” Alfahri memberikan sebuah kotak kue.

“Kenapa terburu-buru? Apa ini Al?” tanya ibu Andin

“Saya hendak mengantar kakek check up ke rumah sakit bu. Itu tanda permintaan maaf saya bu, permisi pulang ya bu, Assalamualaikum” pamit Alfahri

“Waalaikumsalam”

Ibu Andin masuk ke kamarnya dan mengoreksi tugas makalah Alfahri. Memang berbeda dengan yang lain. Tulisan tangan yang sangat rapi. Sembari mengoreksi tugas, ibu Andin membuka kotak yang diberi Alfahri. Kotak tersebut berisi dua kue dan selembar kertas bertuliskan “Dari Seorang Murid, Mohon Maaf ya bu..”. Ibu Andin tersenyum dan terkesan dengan perlakuan muridnya itu. Bukan kuenya, tapi kesopanannya.

Alfahri tidak mengeluhkan keadaannya saat ini, tidak memojokkan gurunya karena penugasan yang diberi guru di masa pandemi, juga tidak membiarkan tugasnya dinilai kosong oleh Ibu Andini. Namun dia berusaha mencari jalan keluar supaya tetap mengumpulkan tugas tepat waktu, bagaimanapun caranya supaya tetap mempertanggung jawabkan tugas yang diberikan oleh guru. Kejadian ini mencerminkan sikap seorang murid yang belajar kedisiplinan dan tanggung jawab. Karena memang seharusnya kita semua belajar disiplin dan tanggung jawab terhadap tugas yang kita emban, bukan acuh tak acuh dengan penugasan. Seorang guru juga seharusnya bisa lebih memahami dan memaklumi atas kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, selama siswa tersebut masih mencoba mempertangung jawabkan.

Sekian. Semoga bisa dijadikan pelajaran.

 

Oleh:

KHOLIFATUR ROSYIDAH, S.Pd

SMAN 2 SITUBONDO

 

administrator

Administrator

Postingan Terbaru