(0331) 6546436755
smadasit@yahoo.com

SEBUAH MIMPI DAN KELUARGA

Oleh : administrator Kategori : CERPEN 28 October 2021

SEBUAH MIMPI DAN KELUARGA



Berjalan menyusuri rumah-rumah menuju gedung sekolah untuk mencari ilmu masa depanku. Bertemu guru dan teman-teman di kelas. Namun, entah mengapa itu semua seketika menghilang dari kegiatanku sehari-hari. Saat ini, yang bisa aku lakukan hanya “ Sekolah dari rumah” dan menjadikan rumah sebagai sekolah pribadiku.

Ketika pertama kali membuka mata, aku sedang berada dalam sebuah gedung kokoh yang sering menjadi kelas bagiku. Selain ranjang di sebelah kiri lemari besar, ada banyak sekali buku pelajaran di atas meja cokelat sebelah kanan jam dinding. Jam dinding itu seketika menjadi bel masuk dan bel pulang di kelasku.

Dalam situsi saat ini, aku adalah siswi kelas XII SMA yang terlahir dari keluarga sederhana. Aku mempunyai satu adik laki-laki yang saat ini sudah duduk di kelas 6 SD dan kita berdua sama-sama belajar dari rumah atau biasa disebut daring. Yah, ayahku adalah seorang kuli bangunan. Seperti yang kita semua tahu bahwa honor seorang kuli bangunan tidak seberapa. Sedangkan, ibuku hanya seorang ibu rumah tangga seperti ibu-ibu lainnya. Walaupun begitu, ayah dan ibuku tetap mejadi orang tua terbaik sedunia.

“yah, jika ada nominasi untuk ayah terbaik. Itu wajib diberikan kepada ayahku ini”, ucapku menghibur ayah setiap ayah pulang bekerja. Walau pertanyaan ayah yang nantinya juga akan tetap sama ketika aku bilang seperti itu.

“mengapa begitu nak?”, jawab ayahku dengan wajah sedikit tertawa.

“iya, karena memang ayah yang terbaik sedunia, bahkan ayah bisa menjadi pahlawan dalam hidupku, penyelamat bagiku, dan tidak akan pernah ada yang pantas mengganti posisi ayah”, jawabku melengkapi pertanyaan ayah. Dan yah... ayahku hanya bisa terseyum dengan mata yang berkaca-kaca memandangku.

Ketika daring , aku selalu mengeluh dan bertanya-tanya mengapa semua ini dapat terjadi. Bahkan, ketika pemerintah mengumumkan perpanjangan masa belajar dari rumah, keluargaku sagat kaget mendengar hal itu. Mengapa tidak? Keluargaku ini sangat miris dengan ekonomi. Seperti teman-teman lainnya, aku dan adikku membutuhkan kuota internet untuk mengikuti pembelajaran secara daring. Dan itu semua sangat membuat ayah dan ibuku bingung.

“bu, mengapa aku dan adikku harus belajar dari rumah?”, tanyaku kepada ibu ketika menemaniku belajar.

“nak, kamu tidak boleh mengeluh, semua ini hanya keadaan yang memaksa kalian belajar dari rumah demi keselamatan kalian”, jawab ibuku.

Hingga suatu hari, ayahku mengalami kecelakaan dan membuat ayah harus dirawat di rumah sakit. Ibu dan aku sangat bingung bagaimana dengan biaya rumah sakit ayah. Untungnya orang yang telah menabrak ayah mau bertanggung jawab untuk membiayai rumah sakit ayahku. Karena hal itu, ayahku diberhentikan dari pekerjaannya. Sehingga membuat aku dan ibuku bingung bagaimana nantinya keluarga ini jika ayah tidak berkeja.

“bu, apa aku harus berhenti sekolah dan mencari pekerjaan untuk membantu ibu?”, kataku kepada ibu. Walaupun aku sangat ingin tetap sekolah untuk bisa melanjutkan ke universitas impianku.

“ jangan begitu nak, kamu harus tetap sekolah dan harus bisa melanjutkan ke universitas yang kamu impikan”, jawab ibuku.

“tetapi bu, jika aku berhenti sekolah maka ibu tidak perlu pusing dengan biaya sekolahku nanti. Biar adik saja yang bersekolah”, jawabku dengan sedikit memaksa.

“jangan nak, biar ibu aja yang mencari usaha untuk biaya sekolahmu dan adikmu”, kata ibu dengan lebih memaksa.

Ketika itu, orang yang menabrak ayah mendengar semua yang aku dan ibuku bicarakan. Orang itu sangat kaya, memiliki perusahaan terkenal di Jakarta dan orang itu juga sangat baik. Lalu orang itu, menhampiri ibuku.

“bu, apa benar anak ibu mau berhenti sekolah karena masalah ekonomi?, tanya orang yang nabrak ayah kepada ibuku.

“iya pak. Tapi semua itu tidak aku harapkan. Karena aku yakin bahwa anakku ini bisa menjadi orang sukses nantinya”, jawab ibuku.

“jika semua ini terjadi karena kecelakaan yang sudah saya perbuat, bagaimana jika ibu saja bekerja di perusahaan saya dan untuk biaya sekolah atau kuota internet anak ibu itu semua saya yang menanggung”, jawab orang itu dengan senang hati.

“bener pak? Terima kasih pak sudah membantu keluarga saya, saya mau dan siap bekerja di perusahaan bapak”, jawab ibuku sambil menangis bahagia setelah mendengar itu semua.

Dan ibuku langsung menceritakan semua itu kepadaku. Setelah mendengar itu, aku merasa bahagia jika ada yang mau membantu keluargaku. Dengan semua itu, tentang pikiranku untuk berhenti sekolah sudah aku buang jauh-jauh. Saat ini, dalam pikiranku hanya belajar yang rajin walaupun itu semua dilakukan di rumah.

“aku mempunyai keluarga yang harus aku banggakan” hanya itu yang menjadi penyemangatku.

Dengan penyemangat itu, aku akhirnya bisa melanjutkan ke universitas impian dengan beasiswa yang aku dapatkan selama bersekolah dari rumah. Ayah, ibu, dan adikku merasa bangga dengan pencapaian yang aku peroleh selama ini. Aku sangat bersyukur bisa membuat mereka semua bangga.  


Karya: Pritha Widya Anggita  XI MIPA 4

administrator

Administrator

Postingan Terbaru