(0331) 6546436755
smadasit@yahoo.com

POLEMIK PENDIDIKAN

Oleh : administrator Kategori : ARTIKEL 28 October 2021

POLEMIK PENDIDIKAN


POLEMIK PENDIDIKAN

Luluk Belgis Nuril Aini

 

Sejak manusia dilahirkan hal pertama yang diberikan adalah pendidikan. Jika pada zaman dahulu pendidikan diberikan untuk melahirkan serdadu-serdadu perang, pendidikan di zaman modern diberikan untuk membangun, mengembangkan dan menjaga negara dari ancaman. Tidak heran jika pendidikan dikatakan sebagai urat nadi sebuah bangsa.

Dalam kehidupan, pendidikan dijadikan sebagai rahim untuk  melahirkan  generasi terbaik dari sebuah bangsa. Perlu digaris bawahi bahwa generasi terbaik tidak serta merta lahir  begitu saja. Namun perlu proses yang cukup panjang. Seseorang harus melelui pendidikan intelektual dan karakter terlebih dahulu untuk menjadi generasi terbaik.  Kedua pengetahuan tersebut juga harus dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan. Jika hanya dipelajari maka hanya akan menjadi sebuah teori tanpa pengaplikasian.

Pendidikan intelektual dan karakter bisa diperoleh dari kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun dalam pergaulan. Karena sekolah tidak hanya melahirkan peserta didik yang meiliki kemampuan  intelektual yang mempuni, seklolah juga mampu melahirkan peserta didik yang memiliki karakter terbaik dengan pengaplikasian program sekolah. Kolaborasi yang epik ini akan melahirkan generasi terbaik bangsa untuk meneruskan perjuangan para pahlawan.

Dalam perjalanan melahirkan generasi terbaik, kenyataanya harus menemui hambatan. Secara tiba-tiba dunia diminta untuk berdiam diri. Semua kegiatan dipaksa berhenti oleh keadaan. Tujuannya untuk memutus mata rantai pandemi. Namun hal tersebut ternyata tidak mampu menghentikan laju pandemi.

 

 

Dunia pendidikan yang awalnya dilaksanakan secara tatap muka akhirnya dirubah menjadi virtual. Kelas-kelas dibuat dalam akun belajar, materi dikirim melalui handphone dengan harapan meskipun pandemi peserta didik tetap bisa belajar. Tindakan tersebut ternyata tidak bertahan lama. Karena banyak hal yang tidak mampu diatasi dengan kegiatan daring. Selain perlunya adaptasi peserta didik yang belum terbiasa belajar melalui virtual, mayoritas peserta didik mengalami kesulitan memahami materi.

Kondisi ini sungguh sulit dihadapi namun, pendidikan harus terus berjalan untuk kebaikan anak didik. Seperti yang dituangkan dalam surat edaran Kemdikbud tanggal 2 juli 2021 bahwa pembelajaran kembali dilakukan 100% secara daring setelah adanya kebijakan peserta didik hadir ke sekolah 50%. Hal ini menunjukkan bahwa Pandemi Covid-19 masih belum usai. Tugas pendidik untuk terus menyalurkan ilmu melalui daring masih panjang.

Dalam perjalanannya pembelajaran daring ini berdampak besar bagi pendidikan peserta didik, dari pendidikan intelektual dan pendidikan karakter. Seperti yang dituliskan di atas peserta didik kesulitan memahami materi. Terutama pembelajaran yang memerlukan pengaplikasian langsung. Seperti matematika, kimia dan fisika. Selain itu peserta didik tidak bisa memanfaatkan sarana penunjang belajar untuk memudahkan memehami sebuah konsep tertentu. Seperti lab dan alat praga. Lebih mirisnya lagi kebijakan belajar di rumah membuat peserta didik tidak mengenal lingkungan sekolah secara langsung, melainkan secara virtual.

Selain itu peserta didik acuh terhadap materi sehingga tidak pernah atau jarang mengikuti pembelajaran. Untuk mengisi daftar hadir saja enggan, apa lagi mengikuti materi pembelajaran dengan seksama. Karakter negatif ini jika dibiarkan maka akan berdampak buruk bagi masa depan peserta didik. Dikarenakan saat menginjak dunia perkuliaha atau dunia kerja seseorang harus mampu tanggung jawab untuk terus mengikuti perkembangan. Jika tidak maka seseorang akan tertinggal jauh.

Selain kurangnya sikap tanggung  jawab peserta didik juga cenderung suka berbohong. Beberapa kasus peserta didik mengambil gambar tugas orang lain untuk dikumpulkan sebagai miliknya. Hal ini sungguh akan sangat merugikan jika dibiarkan begitu saja. Pembelajaran daring ini membuat sebagian peserta didik mengabaikan kegiatan belajar.

Seperti yang dituangkan dalam jurnal review pendidikan dasar Unesa yang berjudul Analisis Karakter Religius Peserta didik dalam Belajar pada Masa Panemi, peserta didik menjadi tidak bertanggung jawab (pemalas, tidak peduli terhadap lingkungn sekitar, kurangnya efektivitas dalam belajar karena kecanduan aplikasi hibura, game, youtube dan lain-lain). Kondisi pandemi dan kebijakan pembelajaran menggunakan gawai/ handphone  dimanfaatkan oleh pererta didik untuk melakukan aktivitas lain dengan mengatas namakan pembelajaran. Saat kecanduan peserta didik akan kesulitan mengikuti pembelajaran. Penggunaan gawai/ handphone  yang salah akan menimbulkan dampak negatif yang besar.

Kondisi pandemi ini juga mengakibatkan tidak terlaksananya program-program sekolah yang telah dirancang untuk mendukung kualitas peserta didik. Seperti halnya kegiatan literasi 15 menit di awal pembelajaran. Kegiatan tersebut sungguh tidak dapat  dilaksanakan karena waktu pembelajaran dimasa pandemi dipangkas menjadi 45 menit dalam setiap pertemuan. Sehingga membuat peserta didik kesulitan mengembangkan bakat dan minatnya selama di sekolah. Hal ini juga membuat guru kesulitan dalam menemukan potensi diri peserta didik karena tidak bertemu secara langsung. 

Untuk itu perlu adanya inovasi pembelajaran daring yang lebih efektif dan berkelanjutan, untuk mengembalikan kembali  jiwa intelektual dan karakter positif peserta didik. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan pendidikan. Selain adanya inovasi, setiap pendidik juga harus mempu menjadi penyemangat motivator bagi pesert didiknya untuk terus  semangat menjalani pembelajaran di masa pandemi ini. Sehingga penerus negeri ini adalah sosok yang berkualitas dari segi intelektual, karakter sera religius. 

administrator

Administrator

Postingan Terbaru