Aku
Asti Rahmania, saat ini umurku 25 tahun. Aku berasal dari keluarga sederhana
yang tinggal di desa. Aku anak pertama sekaligus anak terakhir dikeluargaku.
Sedikit akan aku ceritakan kisah mimpiku hingga saat ini.
Suatu hari aku dan teman-temanku bersekolah
SMA di desa. Guru bahasa Indonesia bertanya apa cita-cita kami. Kami semua
menyampaikan cita-cita yang ingin dicapai. Banyak dari kami yang menginginkan menjadi orang sukses.
Sepulang sekolah seperti biasa kami pergi
ke tepi ladang untuk sekedar duduk-duduk di bawah pohon. Banyak cerita yang
kami sampaikan hari ini.
“Asti
setelah ini kau akan bersekolah dimana?.” Tanya Atuy.
“Bukan
bersekolah Atuy, kuliah namanya.” Jawab Asti tersenyum.
“Iya
itu maksudku, kau akan melanjutkan kemana nanti untuk belajar?.” Kembali Atuy
bertanya.
“Aku ingin ke Gadjah Mada, semoga
saja.” Balas Asti.
“Waaahhh.....Asti sebenarnya aku pun
ingin kesana juga, tapi aku tak mampu.” Tambah Sari.
“Tenang saja Sari banyak jalan
menuju Roma. Banyak universitas yang menerima orang pintar sepertimu.” Jawaban
Atuy.
Kira-kira begitulah cerita kami. Keinginan
kami sebenarnya hanya ingin mencari ilmu di perantauan lalu kembali untuk
membangun desa ini. Niat kecil seperti ini selalu aku tanamkan dalam hati
sebagai motivasi saat mulai pesimis. Ada harapan yang ingin segera berbahagia,
itu adalah orang tuaku.
Akhirnya beberapa tahun berlalu, niat dan
doa kami terkabul. Sari, ia berhasil dalam ilmu pertaniannya lalu membangun
desa ini. Atuy, dia sekarang menjadi konglomerat di desa ini, meskipun dia
selalu bersantai-santai di kesehariannya tapi bersungguh-sungguh dalam
usahanya. Sedangkan aku, menjadi seorang dokter di desa ini. Teman-temanku
lainnya juga ada yang menetap di perantauan atau kembali ke desa.
Kisah kami sebenarnya sangat sederhana, mencari ilmu di perantauan lalu kembali untuk membangun desa. Akhir yang bahagia, kami berhasil menjadi orang sukses dengan jalan perantauannya masing-masing. Percayalah sebuah usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Karya: : Nevira Firstynda XII MIPA 1