(0331) 6546436755
smadasit@yahoo.com

Mimpi Si Gadis Desa

Oleh : administrator Kategori : CERPEN 28 October 2021

Mimpi Si Gadis Desa





            Seorang remaja berjalan memasuki rumah berwarna cream, dengan seragam lusuh dan tas yang digendongnya. Dia Adinda Mahira gadis desa dengan keinginan besar. Adinda tinggal bersama Bibinya karena, Ayah dan Ibunya meninggal satu tahun yang lalu, pada saat bencana banjir. Dari semua keluarganya hanya Ia dan Bibinya yang selamat.

            “Assalamualaikum, Bi,” sapanya saat netranya menemukan Bibi sedang menyiapkan makanan di meja makan.

            “Waalaikumsalam, ayo makan, Din,” ajak Bibi sambil menarik kursi.

            Setelah selesai makan, Dinda membawa piring kotor keduanya ke belakang untuk dicuci. Setelah selesai mencucinya, Ia kembali duduk bersama Bibinya di meja makan.

            “Oh iya, Bibi sudah tanda tangan di kertas yang Dinda kasih waktu itu?” Tanya Dinda.

            Bibi menghela napas kasar. “Buat apa sih kamu ikut kayak gitu, kan Bibi sudah bilang kamu gak perlu ikut hal seperti itu,” Bentaknya.

            “Tapi, kan sayang kalau tidak diambil,” ujarnya dengan nada kecewa.

“Kamu kan bisa setelah lulus langsung cari kerja, lagian ngapain sekolah tinggi-tinggi ujung-ujungnya juga di dapur. Orang sini mana ada yang sekolah tinggi, kita itu di desa, Din. Jadi, gak perlu tinggi-tinggi yang penting itu, bisa makan.” Bibi beranjak dari tempatnya.

            Dinda duduk di kursi panjang, depan rumahnya. Menikmati matahari sore yang mulai tenggelam. Tiba-tiba, Ia merasakan tepukan di bahunya.

Dinda mendongak, lalu, tersenyum dan menggeser duduknya. “Ini,” kata Bibi sambil menyodorkan selembar kertas yang sudah ada tanda tangannya. Sedangkan, Dinda bergeming memandang kertas yang disodorkan Bibinya.

            “Ini, ambil,” ujar Bibi karena, tidak ada pergerakan dari, Dinda.

            Dinda membuka suara, “Tapi, Bi...”

            Bibi menggeleng dan tersenyum. “Bibi minta maaf ya, tadi sempat bentak-bentak, Dinda. Bibi juga udah berubah pikiran. Bibi Cuma takut dinda kenapa-napa di kota orang tanpa Bibi.”

            Dinda tersenyum hangat. “jadi, Bibi ngizinin Dinda buat kuliah?” tanya Dinda

Bibi mengangguk.

“Terima kasih, Bi!” serunya riang sambil memeluk Bibinya.

           

karya : Adella Nuri M. 

administrator

Administrator

Postingan Terbaru