Berjalan
menyusuri jalanan sepi di tengah gelapnya malam, angin berhembus menusuk kulit
yang hanya berbalut cardigan tipis, terdengar hanya suara lalu lalang kendaraan
menemani diriku. Aku Floretha, seorang siswi SMA yang baru saja pulang dari
kegiatan ekskul di sekolah. Biasanya ayahku datang menjemput, tapi kali ini
terpaksa harus berjalan menuju halte untuk menunggu bis yang akan mengantarku
sampai rumah. Halte sudah terlihat di depan mata, hanya ada seorang remaja
perempuan yang sepertinya seumuran denganku. Aku menghampiri lalu duduk di
sebelahnya, dia tersenyum yang juga ku balas tersenyum kepadanya.
“Floretha,
panggil aja Retha.” Aku membuka obrolan dengan memperkenalkan diriku terlebih
dahulu. “Aku Alana, salam kenal.” Nama yang bagus pikirku.
“Alana
malam-malam sendirian begini darimana?.” Tanyaku dengan keheranan. “Aku baru
selesai kerja kelompok sih, kalo Retha sendiri darimana?.” Dia balas bertanya
padaku. “Kalo aku sendiri sih baru pulang ekskul di sekolah. Oh iya Alana aku
boleh nanya sesuatu gak? Sebenernya lebih ke nanya pendapat ya hehe, gak papa
kan?.” Terlebih dahulu aku meminta izin padanya karena memang aku hanya ingin
tau pendapat orang lain mengenai hal ini. “Boleh aja tha gak usah sampe izin
juga wkwk.” Dia tertawa kecil menjawab pertanyaanku.
“Alana
tau sendiri kan sekarang rame banget kasus di negara kita apalagi terkait
korupsi, nah menurut Alana gimana sih orang yang melakukan korupsi?.” Aku
berharap Alana memberikan jawaban terbaiknya, semoga. “Kalo aku sebenernya dari
dulu ngerasa kesel banget sama mereka yang melakukan korupsi, kaya gak ada lagi
keadilan di negeri ini. Mereka seakan buta dan tuli sama kita terutama para
rakyat kecil. Mereka hidup enak sedangkan kita? Bisa makan untuk sehari-hari
saja rasanya bersyukur banget.” Aku sependapat dengan Alana karena memang itu
nyatanya. “Iya bener banget Alana, Makasih ya pendapatnya.” Aku berterima kasih
padanya sudah mau ku ajak berbagi pendapat. “Iya sama-sama.” Selanjutnya hanya
keheningan yang terjadi antara kita berdua, aku dan Alana sibuk dengan pikirang
masing-masing hingga bis datang. Di dalam bis pun sama, kita berdua tetap diam
tanpa ada seorang pun yang membuka suara.
Kembali
pada topik yang tadi ku bicarakan dengan Alana, jika ditanya apa mimpi dan
impianku sekarang ingin rasanya berteriak aku ingin menghapus kasus korupsi di
negara ini. Aku ingin mereka yang melakukan korupsi mendapatkan sanksi setimpal
dengan apa yang sudah mereka lakukan, tetapi rasanya sangat sulit karena
nyatanya uang lah yang menang di atas segalanya. Seseorang bahkan akan dengan
sangat rela melakukan apapun demi uang, melakukan korupsi tanpa memikirkan
orang lain terutama rakyat kecil seperti kami. Padahal keinginan kami sederhana,
kami hanya ingin mereka bisa sedikit saja melihat keadaan kami, mendengar suara
dari kami, mewujudkan keinginan ibu pertiwi, tapi apa? Mereka yang kami percaya
malah yang membuat kami kecewa. Kami sakit hati, kami hanya ingin keadilan,
kami ingin hidup sejahtera sama seperti kalian. Ah sudahlah, mau sekencang
apapun aku bersuara tetap mereka tak akan pernah mendengarnya. Mereka seakan
buta dan tuli untuk melihat dan mendengar semuanya. Aku ingin negeri ini bebas
dari korupsi. Keinginan sederhana dari seorang siswi SMA yang berharap suatu
saat nanti bisa jadi nyata.
Aku
tersadar dari pikiranku Ketika bis berhenti berjalan, ternyata aku sudah
sampai. Aku berpamitan kepada Alana, tersenyum sebagai tanda sampai jumpa. Aku
dan Alana berpisah di bis, semoga suatu saat nanti bisa bertemu kembali. Senang
rasanya bertemu seseorang yang bisa ku ajak bertukar pikiran. Terima kasih dan
sampai jumpa Alana.
Karya: Zulfanila Haprida X IPS 1