Andai semua angan menjadi kenyataan. Andai semua harap bisa terwujudkan. Ya, hanya khayalan seorang gadis pemimpi. Cahaya adalah sebuah nama seorang anak tunggal itu. Dilahirkan saat bulan ramadhan dengan secercah fajar yang mengiringi. Sekarang ia duduk di bangku SMA kelas 10. Berbekal beberapa piagam penghargaan hasil kerja cerdas otaknya selama masa SMP, ia bisa lolos dan mendapat sebuah bangku sekolah favorit.
Kutu buku bukan julukannya. Karena memang ia
di sekolah jarang membaca buku. Tapi ada satu hal yang membuat dia bisa
mendapatkan piagam itu. Sebuah strategi sederhana yang selalu di lakukan.Setiap
pagi ia bangun untuk menunaikan kewajibannya. Setiap gerakan indah dalam shalat
adalah wujud syukur pada pencipta. Tak lupa, setelah itu ia mengangkat kedua
tangannya untuk berdoa. Sebuah permohonan di dunia yang menggema di langit.
Tak lupa ia berberes rumah dan bersiap-siap
mandi dan menggunakan seragam sekolah. Dengan menggunakan sepeda motor ia
melaju membelah jalanan desa. Jarak cukup jauh membuatnya harus berangkat lebih
pagi.
Sesampainya di sekolah, ia langsung menuju
kelas. Sepasang kaki terlihat mendakat, “hai Cahaya.”
Ia refleks melihat ke arah suara. “Eh Rara,
Alhamdulillah baik.”
“Baguslah jika begitu, aku dengar kamu kemarin
tidak masuk karena sakit.”
“Hanya
demam biasa ra, suda baikan kok.”
Beberapa menit terbelenggu kesunyian. “Ra, aku
punya mimpi ingin membuat game tapi
bernuansa islami.”
“Wah bagus tuh ya, main game bisa mengasilkan
pahala juga.”
“Jadi gini, remaja juga salah satu sasaran
agar menyadari pentingnya belajar islam.”
“Insyaallah niat baik pasti akan di
permudahkan ra, kita harus selalu berusaha.”
“Tapi tidak mudah ra nyiptain game, apa lagi untuk menarik minat untuk
mau memainkannya. Orang yang lebih suka game seperti mobile legend, dan
lainnya.”
“Susah bukan berati tidak bisa loh ra, aku
bantu , kebetulan saudaraku juga pernah nyiptain game. Kita bisa tanya pada dia
tahap tahapnya.”
“Wih, boleh tuh, terima kasih ra.”
Karya: Wulan Nur Aisyah XI MIPA 1