(0331) 6546436755
smadasit@yahoo.com

KANTIN KEJUJURAN MATI SURI, PERLUKAH DIBANGKITKAN KEMBALI?

Oleh : administrator Kategori : ARTIKEL 28 October 2021

KANTIN KEJUJURAN MATI SURI, PERLUKAH DIBANGKITKAN KEMBALI?


Selama bulan Maret 2019, saya diberi kesempatan oleh P4TK IPA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menimba ilmu mengenai digital learning di Australia, tepatnya di Universitas Charles Darwin bersama 15 orang guru IPA dari seluruh Indonesia. Selain mendapatkan perspektif baru tentang perkembangan pendidikan dan pembelajaran, banyak hal yang saya lihat dan pelajari ketika berada di Darwin, Northern Territory. Pendidikan karakter adalah salah satu fokus menarik yang saya amati.

Aktivitas pertama yang kami lakukan saat tiba di Darwin adalah berbelanja kebutuhan harian di supermarket. Setelah selesai mengambil barang, kami mendorong troly yang penuh barang belanjaan menuju kasir. Ternyata hampir seluruh  supermarket besar di Australia sudah menggunakan mesin kasir mandiri. Mesin ini dilengkapi sensor barkode barang belanjaan, tempat menggesek kartu pembayaran non tunai, tempat memasukkan uang untuk pembayaran tunai, serta tempat mengeluarkan uang kembalian.

Adanya mesin kasir mandiri ini memudahkan pelanggan dalam proses pembayaran. Transaksi pembayaran berlangsung lebih cepat karena jumlah mesin yang disediakan cukup banyak. Pada proses ini kejujuran konsumen teruji karena kesempatan untuk melakukan kecurangan terbuka lebar. Mereka dapat saja memasukkan beberapa barang langsung ke dalam kantung belanjaan  tanpa melewati sensor barkode. Jika dianalisa, apabila banyak konsumen yang melakukan aksi  tersebut, bisa dipastikan supermarket tersebut akan gulung tikar dalam waktu singkat. Namun kenyataannya selama lebih dari 10 tahun menggunakan mesin kasir mandiri, supermarket itu tetap berdiri kokoh. Artinya kejujuran sudah menjadi budaya di negeri kanguru ini.

Kemudian saya flashback sejenak pada fenomena 10 tahun yang lalu. Ketika pemerintah melalui Kejaksaan Negeri memunculkan ide brilian dengan mendirikan Kantin Kejujuran pada 1000 sekolah jenjang SD, SMP,dan SMA. Kelahirannya pada saat itu sangat memberikan ekspektasi yang luar biasa, karena persoalan kejujuran sudah berada pada titik nadir yang sangat krusial bagi bangsa ini. Program ini diharapkan dapat memupuk sifat jujur dan mengembangkan budaya malu kepada diri siswa dan lingkungan pelanggan Kantin Kejujuran. Pemerintah percaya bahwa pendidikan kejujuran itu harus melalui proses, yakni dilatihkan sejak dini.

Makanan dan minuman dipajang dan diberi label harga, kemudian tersedia kotak uang untuk menampung pembayaran dari pembeli. Bila ada kembalian, pembeli mengambil dan menghitung sendiri uang kembalian dari dalam kotak tersebut. Di Kantin Kejujuran, kesadaran kejujuran pembeli sangat dituntut ketika berbelanja dengan membayar dan mengambil uang kembalian jika memang berlebih, tanpa harus diawasi oleh  pegawai kantin.

Namun apa yang terjadi pada ribuan kantin kejujuran yang sudah terbentuk di sekolah? Gegap gempitanya mulai agak sayup-sayup bahkan boleh dibilang saat ini nyaris tak terdengar. Apa pasalnya? Ternyata, menurut berbagai informasi yang diperoleh kini sekitar 80 persen Kantin Kejujuran mengalami kebangkrutan karena para pembeli tak jujur. Kebangkrutan Kantin Kejujuran itu bisa menjadi pertanda serius akan eksistensi kejujuran warga bangsa ini. Betapa tidak, ide cemerlang yang dipelopori dari lingkungan pendidikan dianggap tidak berhasil, bagaimana jika Kantin Kejujuran ini didirikan di luar dunia pendidikan?

Pada fase usia sekolah, siswa memiliki kecenderungan untuk mengikuti tata nilai dan perilaku orang sekitar yang kemudian nilai tersebut akan tumbuh menjadi idealisme untuk memantapkan identitas diri. Jika pada saat usia sekolah dilakukan penanaman nilai moral secara sempurna, maka akan menjadi pondasi dasar dan menjadi warna kebaikan siswa saat dewasa. Sebenarnya program Kantin Kejujuran akan lebih sempurna apabila sekolah juga menerapkan kurikulum antikorupsi dalam pembelajaran. Sehingga internalisasi dan pembiasaan untuk berperilaku jujur akan menyentuh pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Mati suri dan gulung tikarnya sebagian besar Kantin Kejujuran semoga bukan pertanda negeri ini makin terpuruk dalam hal pendidikan moral. Saat ini nilai indeks korupsi kita menunjukkan bahwa kita tak sejujur negara maju seperti Korea Selatan, Singapura, Australia, dan lain-lain. Semoga saja ke depan, ribuan kantin kejujuran yang telah terbentuk dapat aktif kembali atau bahkan akan berkembang jumlahnya, sehingga diharapkan akan meningkatkan prestasi kejujuran bangsa ini. Tentu saja hal ini membutuhkan komitmen bersama antara orang tua, masyarakat, sekolah, dan pemerintah. Komitmen yang kuat pada pendidikan moral akan dapat membentuk karakter yang kuat. Mungkin inilah yang akan menguatkan negeri ini untuk sejajar dengan negara-negara maju. Selalu ada harapan melihat pelangi setelah hujan deras.


administrator

Administrator

Postingan Terbaru