(0331) 6546436755
smadasit@yahoo.com

Implementasi Pendidikan Kewirausahaan, Mencetak Generasi Empati

Oleh : administrator Kategori : ARTIKEL 28 October 2021

Implementasi Pendidikan Kewirausahaan, Mencetak Generasi Empati


Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah yang dirancang untuk menyiapkan peserta didik melanjutkan ke pendidikan tinggi. Namun pada kenyataannya tidak semua lulusan Sekolah Menengah Atas melanjutkan ke pendidikan tinggi, dan sayangnya mereka tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk menghadapi tantangan hidup di masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam berwirausaha. Sebagian besar lulusan berorientasi menjadi pegawai atau pencari kerja bukan menjadi wirausahawan yang dapat menciptakan lapangan kerja. Pola pikir tersebut perlu diubah seiring dengan berbagai perkembangan, tantangan, dan persaingan dalam era globalisasi.

Struktur Kurikulum 2013 SMA memuat mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yang memberikan pemahaman dasar tentang kemampuan berwirausaha kepada peserta didik, dengan tujuan peserta didik dapat mempelajari teori dan nilai-nilai kewirausahaan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata melalui praktik, baik yang terintegrasi dalam mata pelajaran maupun yang dilaksanakan di luar mata pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler.

Hingga saat ini, konsep kewirausahaan masih terus berkembang. Kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang bernilai dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. ”An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities” (Zimmerer, 1996). Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat dan karakter untuk mewujudkan ide inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif untuk meningkatkan pendapatan.

Banyak ahli yang menekankan kewirausahaan pada peran pelaku bisnis. Namun sebenarnya karakter kewirausahaan juga dapat dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi di luar wirausaha. Karakter kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan, kemajuan, dan tantangan apapun profesinya. Inilah nilai yang sebenarnya hendak ditanamkan pada diri peserta didik dengan implementasi pendidikan kewirausahaan di sekolah. Tujuan utamanya bukan bagaimana seorang siswa mampu berprofesi sebagai wirausahawan, namun lebih kepada bagaimana mereka memiliki karakter layaknya seorang wirausahawan.

Salah satu karakter penting dalam diri seorang wirausahawan adalah empati. Empati merupakan karakter positif. “Empati adalah kemampuan untuk mengakui, memahami dan berbagi perasaan dengan orang lain, layaknya berjalan di dalam sepatu milik orang lain” (Sumer, 2015). Mengembangkan rasa empati sangat penting berkenaan dengan usaha menumbuhkan jiwa wirausaha. Rasa empati yang tinggi akan membantu kita menghasilkan karya yang tidak hanya dapat dinikmati dan menguntungkan diri sendiri tetapi juga dapat dinikmati dan menguntungkan sesama.

Berbagai penelitian menemukan bahwa generasi saat ini kurang berempati dibandingkan generasi sebelumnya.  Dan inilah awal dari terciptanya generasi “tukang bully”, saat anak tidak lagi berempati, anak akan tumbuh jadi remaja dan orang dewasa yang tidak punya rasa peduli terhadap orang lain. Karakter empati ini tentu tidak datang tiba-tiba. Anak  harus dilatih sedini mungkin. Salah satu upaya sekolah untuk melatihkan karakter empati yaitu melalui pendidikan kewirausahaan. Program ini memiliki learning outcome kemampuan mencipta sebuah produk yang inovatif, bermanfaat dan laris di pasar. Penciptaan produk tersebut tentu saja harus melalui serangkaian proses panjang agar sesuai dengan keinginan konsumen.

Salah satu tahap dalam penciptaan produk kewirausahaan sekolah adalah empati. Peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan memahami situasi dan perasaan konsumen.  Melalui empati, peserta didik diharapkan mampu memahami realitas pasar atau potensi para pembeli dengan hatinya, sehingga mereka secara otomatis akan memiliki intuisi untuk menciptakan produk kewirausahaan sekolah yang sesuai dengan kebutuhan pasar atau para pelanggan. Empati yang mereka miliki mempertajam keyakinan hati dan menginformasikan realitas dengan benar, sehingga mereka dapat segera mengambil keputusan yang cepat, untuk mempermudah proses penciptaan produk sesuai keinginan dan kebutuhan pelanggan. Empati membuat peserta didik sadar atas situasi orang lain (pelanggan), mau mendengar darinya, dan merespon perasaannya untuk menunjukkan bahwa dia dapat memahaminya secara tepat

Jika pendidikan kewirausahaan ini dilaksanakan secara kontinyu di semua jenjang, maka karakter empati ini akan membudaya di kalangan peserta didik. Pendidikan kewirausahaan ini mengusahakan agar peserta didik mengenal nilai-nilai, terutama karakter empati, menilai, menentukan pendirian, selanjutnya menjadikan karakter empati ini sesuai keyakinan diri. Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, berbuat, dan pada akhirnya akan menjadikan empati sebagai sebuah kebiasaan.

Saat ini kita sudah tiba di era revolusi industri yang keempat, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence)  semakin cepat, cerdas dan dapat diandalkan. Namun empati hanya dapat dilakukan oleh manusia, tidak dapat ditiru oleh mesin paling canggih sekalipun.  Karena empati adalah kekuatan kita, sebagai manusia.

           

 

Penulis

NIKMATIL HASANAH

Guru SMA Negeri 2 Situbondo

administrator

Administrator

Postingan Terbaru