Jam berdenting, menandakan waktu
tepat pukul enam pagi. Karena, itu adalah alarm yang selalu ia pasang agar
tidak terlambat pergi sekolah.
Sayup-sayup terdengar suara klakson, suara
asing yang memekakkan telinga. Perlahan, Ares terbangun dari tidurnya. Berusaha
mencerna, apa yang sedang dilhatnya kali ini. Huh? Rumah transparan? Dan, benda
apaitu yang melayang bebas?
Mobil berkecepatan suara, berlalu
lalang diatas ruangannya. Tak bising, hanya bunyi klaksonnya saja yang
mengganggu. Ares mengira orang diluar bis maengintip dirinya, tapi ketika ia
menoleh ke sebelah iri. Terdapat sebuah kapsul besar, bentuknya sama dengan
yang ia tinggali sekarang. “Dari luar gelap ya?” Ares tersenyum, berniat
melanjutkan tidurnya di dalam mimpi aneh.
“Tuan Ares, saatnya anda menuju
ruang laboratorium.”
Seorang pria dengan setelan jas lengkap menenteng pakaian formal. Pandangannya
menunduk, seakan hormat tertinggi dijatuhkan pada Ares seorang. “Hah?” Pria itu
membungkuk sekitar 45 derajat ke arahnya.
“Hari ini, Tuan Ares ada
pertemuan dengan duta tumbuhan daerah Singapura. Tepatnya pukul sembilan pagi,
di laboratorium prisma.” Sungguh, Ares tidak mengerti sama sekali. Kepalanya
pening.
“Saya dimana?” dengan senyum
hangat pria itu menjawab, “kamar kapsul, yang anda desain untuk meminimalisir
terciptanya lahan pemukiman, sehingga merusak lingkungan asri.” Ares
tercengang, matanya mengerjap beberapa kali. Ini adalah impiannya, menciptakan
lingkungan yang tak akan merusak alam.
“Ah, pasti karena kepala anda
terantuk pintu semalam.” Kalau benar ini mimpi, Ares tak ingin bangun. Mimpi, harapan,
dan cita-cita nya menjadi nyata? Atau dalam botol yang ia temukan kemarin pagi
terdapat jin pengabul permohonan di dalamnya? Ah. Tidak mungkin ‘kan?
“Tuan Ares, ayo. Kita akan segera
pergi.”
Ares tak ingin bangun, bahkan kalau ini mimpi. Ia ingin terjebak di dalamnya. Selama mungkin.
Karya: Amanda Ferliana Putri