(0331) 6546436755
smadasit@yahoo.com

HARAPAN

Oleh : administrator Kategori : CERPEN 28 October 2021

HARAPAN



“Wush” hembuan angin menerpa dahan pepohonan. Wabula, nama desa itu. Kondisi hari itu bagaikan berada didalam sauna, sangatlah panas.

“Satu..dua...tiga..baa..” bisik bocah perempuan itu.

“Arghhh...” Bocah laki itu tersentak.

Arsyila Tania, seorang anak kecil yang berusia sepuluh tahun dan sahabatnya, Aditya Reyhan. Arsy memiliki sifat ceroboh, pelupa, dan malas. Lain hal dengan Reyhan bersifat ambisius dan pantang menyerah.

Kedua anak itu menjadi primadona, sebab meraka ahli dalam bidang teknologi. Meskipun mereka tinggal di desa, tak menjadi hambatan untuk memiliki mimpi yang besar.

Pembicaran mereka berubah yang dahulu hanya seputar permainan kini mereka bertukar pikiran tentang masa depan. Pendidikan kuliah memisahkan keduanya, pengambilan jurusan mereka hampir sama yaitu Arsy yang mendalami di bidang Manajemen Infomasi dan Reyhan yang berpacu di bidang Informatika. Meskipun mereka terhalang oleh pendidikan tak menjadi rintangan untuk saling memberi kabar masing-masing walau tidak konsisten. Suatu hari saat mereka berkeluh kesah tentang kehidupan, terlintas sebuah ide dari Reyhan untuk membuat suatu teknologi, Ponsel implan. Ponsel implan adalah suatu teknologi  ponsel namun diimplankan ke dalam tubuh manusia. Dalam teknologi ini memanfaatkan sensor gelombang otak untuk berkomunikasi.

Bertahun-tahun terus diarungi oleh mereka, hingga mereka lulus. Mereka bertemu di desa Wabula , atmosfir menghangat saat Arsy menatap Reyhan di sebrang jalan. Pertemuan ini bagaikan Juni yang menantikan musim penghujan.

Suara jangkrik bersahut-sahutan, angin terus berhembus di dinding  kamar Arsy. “Tok..tok..” ketukan dari jendela kamarnya yang Arsy rindukan. Tanpa bergeming ia pun menuju sumber suara. Terlihat sosok lelaki yang tak asing baginya, namun kali ini berbeda. Wajah Reyhan pucat,

“Arsy jadikan?”

“Iya.. Eh- kamu sakit Rey?!”

“ Tidak apa-apa Sy,Kecapean aja habis perjalanan.”

“Oh...oke.”

Mereka pun mempercepat langkah kaki, sampai di sebuah tempat yang terlihat  usang dan berdebu. Disana mereka menyatukan pikiran untuk mewujudkan mimpi mereka. Hingga musim berganti, teknologi itu hampir mencapai finish. Namun akhir-akhir ini Reyhan tak tampak membuat Arsy begitu cemas.

Dia memutuskan utnuk pergi ke rumahnya. Tak ada sautan dari jawaban Arsy, dia pun memutuskan untuk menelfon Reyhan. Pada dering bunyi ke empat kemudian ada sahutan dari seberang, namun suara itu asing bagi dia.

“Rey, aku udah ada di depan rumah mu.”

“Maaf nak, ini ibunda Reyhan. Reyhan ada di rumah sakit.”

 Mendengar jawaban itu membuat dia bergegas menghampiri rumah sakit yang Ibunda Reyhan katakan lewat chat.

Langkah Arsy terhenti di sebuah ruangan. Dia melihat Reyhan dengan alat medis di sekujur tubuhnya. Kemudian Ibunda Reyhan berkata dengan lirih,

“Kanker otak, nak.”

Kaki Arsy lemas membuat dia terduduk di kursi. Tak lama kemudian dokter memberi tahu bahwa Reyhan telah tenang di alam sana beberapa menit lalu. Peristiwa itu terjadi saat Arsy menuju ke rumah sakit ini. Sakit hanya itu yang bisa di rasakan dia.

 Siapa sangka Arsy hanya bisa menyapa Reyhan lewat gundukan tanah itu, derai air mata terus menerus membahasi pipi mungilnya. Terlintas di pikirannya untuk mengakhiri rancangan yang dibuat Reyhan. Namun Arsy menepis pikiran itu jauh-jauh, dia teringat akan latar belakang dari ide Reyhan.

Awal cerita Arsy yang sedang ada kelas malam di kampus membuat dia terburu-buru keluar kelas. Karena sifat Arsy yang pelupa, dia meninggalkan telepon genggamnya di loker kampus. Saat arsy berjalan pulang dia melihat segerombol lelaki yang setengah sadar. Arsy saat itu hanya bisa berfikir positif, namun keberuntungan tak memihak Arsy. Dia hampir saja dilecehkan, saat itu pula Arsy merogoh tas untuk mencari telepon gengam, dia tak menemukan benda itu. Panik hanya itu yang bisa dia rasakan. Kemudian pandangan lelaki itu terbuyar saat ada seorang yang melewati jalan itu. Arsy merasa ada kesempatan, dia pun mencoba untuk kabur sebisa mungkin. Oleh karena itu Reyhan terinspirasi dari pengalaman itu.

Berbulan-bulan Arsy menngganti tugas Reyhan itu. Hingga di puncak acara,Arsy menyiapkan diri saraya menatap dirinya di cermin. Pandangan dia terbunyar saat dia melihat secarik foto Reyhan dengannya. Lamunan Arsy terpecahkan saat mendengar staff memangilnya untuk bersiap.

Beberapa jam-jam dia habiskan, ia berhasil mempresentasikan teknologi itu kepada dunia. Lega perasaan Arsy, impian Reyhan dengannya terwujud. Meskipun Sang pemilik harapan itu tidak hadir tetepi ia yakin bahwa dia pasti bahagia di sana. 


Karya: Suryatiningsih  XII A 3


administrator

Administrator

Postingan Terbaru