Gadis bernama Kayla
sedang murung di dekat jendela, selama empat hari ia merenung sendiri. Kesepian
mulai mengahantui pikiran. Sekarang ia harus mendekam di ruang karantina
Covid-19 bersama mimpi yang mungkin hanya menjadi angan. Dalam kesendirian ia
membantin, "bagaimana aku bisa
mewujudkan mimpiku, sementara kematian jelas di depan mata," ucap
Kayla putus asa.
Di sore hari seperti
biasa, tenaga medis meminta pasien untuk pergi ke lapangan. Berolahraga atau
sekedar menikmati langit senja. Disanalah Kayla bertemu dengan teman barunya,
Dinda, Bela dan Nadia. Pertemuan itu semakin hari membuat mereka semakin akrab.
Kayla tak lagi merasa sendiri, setidaknya ia memiliki semangat hidup sekarang.
Mereka sering bertukar cerita atau sekedar mencurahkan keinginan dan cita-cita
setelah pandemi usai. Misalnya, Bela berkeinginan menjadi menteri kesehatan,
Nadia yang ingin menjadi seorang artis dan Kayla ingin menjadi seorang tenaga
medis. Berbeda dengan ketiganya, Dinda hanya ingin pandemi ini cepat berlalu,
itu saja.
Suka dan duka mereka lalui bersama.
Hingga akhirnya semua berubah di hari ke dua belas. Kondisi Dinda kian hari
semakin buruk, ia tak dapat bertahan. Tak cukup dengan peristiwa menyedihkan
itu. Satu hari setelahya, Nadia ditemukan tewas. Dugaan sementara, ia tertekan
dan memilih bunuh diri. Suasana semakin kelam, kematian semakin nyata. Tak
ingin bernasib sama dengan mereka, Kayla dan Bela berjuang untuk sembuh.
Beberapa hari setelahnya, perjuangan mereka membuahkan hasil. Keduanya berhasil
melawan virus mematikan itu dan keluar dari Wisma Karantina.
Peristiwa
masa lalu membuat Kayla teguh dalam mewujudkan cita-citanya. Beberapa tahun
kemudian, Kayla sukses menjadi seorang tenaga medis. Begitupun dengan Bela,
walaupun tidak menjadi menteri kesehatan setidaknya kini ia menjadi seorang
apoteker. Mereka berdua sering bekerja sama dalam bidang kesehatan. Demi
mewujudkan keinginan almarhum Dinda, mereka berhasil menemukan obat yang dapat
menangani pandemi. Indonesia kini sudah pulih. Cukup, generasi berikutnya tak
perlu menghadapi peristiwa kelam seperti dulu.
Karya: Sekar Putri Hartati XII MIPA 2